Assalamu’alaikum… Sebelum memulai tulisan penulis minta maaf tentu banyak yang salah dalam menjelaskan kisah reog ponorogo, ini hanya hiburan semata, di kutip pada acara Temu keluarga reog ponorogo Sukoharjo kabupaten pringsewu lampung semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT.
Jaman Dahulu berdiri sebuah Kerajaan kediri yang memiliki Seorang Putri yang bernama Putri Dewi Songgo Langit,
Seorang Raja tentu cemas melihat Putri belum juga ada yang meminang lantas raja menanyakan terhadap Putri namun anehnya putri Enggan menikah, kemudian Putri meminta izin untuk melakukan Tapa Brata bertujuan agar mendapat petunjuk dari yang maha kuasa, setelah mendapat petunjuk, Putri menyampaikan persyaratan barang siapa yang ingin meminang nya harus menampilkan pertunjukan yang belum pernah ada, lalu mendatangkan 144 ekor kuda kembar serta binatang berkepala dua.
Raja pun mengumumkan syarat untuk meminang Putri nya dan mengadakan sayembara, banyak yang tidak sanggup mengikuti sayembara tersebut dan membuat raja gelisah takut jika tidak ada yang sanggup mengikuti nya.
Di luar dugaan Raja, ternyata ada dua Raja yang siap mengikuti sayembara tersebut. Pertama Raja Singo Barong dari Kerajaan Lohdaya,
Singo Barong merupakan Manusia setengah harimau serta kuat, namun tubuh yang banyak di tumbuhi bulu menjadikan banyak berkembang biak kutu, maka dari itu Singo Barong selalu di temani burung kesayangannya yaitu seekor Merak yang menawan dengan ekor yang memukau, selalu setia bertengger di kepala Singo Barong bertujuan memakan kutu yang ada di tubuh Singo Barong,
Singo Barong terkenal sangat kejam terhadap rakyat nya.
Raja Klono sewandono dari kerajaan Bantar angin di daerah wengker, ikut serta dalam sayembara tersebut, kedua Raja siap berlomba dengan Tekhnik serta Trik masing-masing agar bisa mendapatkan Putri.
Singkatnya Singo barong belom juga bisa mengumpulkan syarat sedang waktu sudah hampir habis, lantas Singo Barong mengutus prajuritnya untuk me mata – matai Raja Klono ternya benar, firasat Raja Singo Barong, Menurut laporan prajuritnya Idir Kolo mengabarkan raja klono hampir selesai dalam mempersiapkan syaratnya tinggal hewan berkepala dua yang belom ada,
Timbullah niat Busuk Raja Singo Barong, segera Singo barong memerintah kan prajuritnya untuk mencuri seluruh persyaratan yang di kumpulkan oleh Klono menjadi milik nya.
Di kerjaan Wengker Patih Bujang Ganong melaporkan terhadap Raja Klono Sewendono ada mata-Mata dari Raja Singo Barong yang akan berbuat licik, lantas Raja memerintah kan agar Patih Bujang Ganong menyamar jadi seorang pedagang dan berbaur dengan penduduk untuk menangkap mata-mata dari Raja Singo barong, benar saja dari hasil penyelidikan ada mata-mata dari Singo Barong,
Setelah tertangkap Menanyakan tujuan mata-mata tersebut tetapi saat introgasi belom selesai mata-mata itu bunuh diri, dari hasil Introgasi Ternya Singo Barong berniat akan merampas hasil dari Raja Klono Sewandono, Lantas Raja Klono Memerintah kan terhadap patih Bujang Ganong Agar Menyerang kerajaan Singo Barong.
Di kerjaan Lohdaya Raja Singo Barong mulai gelisah karena mata-mata yang dia utus tak kunjung pulang, lalu Raja bergegas menuju Taman Sari karena tubuh nya mulai terasa gatal lantaran Kutu, Raja Singo Baron sangat menikmati saat di ambil kutu oleh Merak Peliharaan nya dan tertidur lelap bahkan tidak menyadari Kerajaan Bantar Angin menyerang Lohdaya, Tidak ada satupun yang berani menggangu di saat Raja Singo Barong berada di Taman sari,
Raja Klono mulai memasuki Kerajaan Lohdaya, serta Melihat Singo Barong bersama merak yg bertengger di kelapa mirip hewan berkepala dua terjadilah pertempuran yang hebat mengakibatkan Singo barong kelah,
Raja Klono mengeluarkan pusaka andalannya yaitu Pecut Samandiman, menghantam ke tubuh Singo Barong, penuh ke ajaiban tubuh Singo Barong menyatu dengan merak.
Setelah Singo Barong terkalahkan dan di jadikan hewan berkepala dua, Lalu mereka siap meminang Dewi Songgo Langit ke kediri, setiba di kediri Raja Klono langsung melihatkan pertunjukan baru, terlihat barisan depan Singo Barong berkepala 2 menari liar namun indah, di iring kuda kembar 144 ekor, sesuai perjanjian meraka akhir nya menikah dan tinggal di daerah Wengker atau ponorogo, lalu Masyarakat menamakan kesenian itu dengan sebutan Reog Ponorogo.

(Arman.)