Pringsewu TV : Bandar Lampung – Mengulik pribadi DRS. Rustam Fachri Mandayun sebagai salah satu tim penguji di Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diadakan oleh JMSI Pringsewu bekerjasama dengan Universitas Dr. Moestopo Beragama Jakarta.
DRS. Rustam Fachri Mandayun, kelahiran Palembang, 27 Mei 1957 merupakan anggota Pokja Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Pers di Dewan Pers dan Penguji Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Lembaga Pers Dr. Soetomo.
Pak Rustam, biasa orang memanggil beliau selama 2 (dua) hari 17-18 Juli 2024 berada di Bandar Lampung sebagai penguji UKW tingkat muda yang diadakan JMSI Pringsewu di Hotel Alodia Jalan Pangeran Antasari, Kedamaian, Bandar Lampung.
Memulai karir sebagai wartawan sejak tahun 1987 di media “Tempo” Biro Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Setelah lulus kuliah di UGM (Universitas Gajah Mada) jurusan Fisipol, Fakultas Ilmu Sosial, melamar kerja di kantor Biro TEMPO Daerah Istimewa Yogyakarta dan diterima, dari situlah karir wartawan beliau dimulai.
Tidak lama berselang bekerja sebagai Wartawan di media TEMPO, beliau ditarik untuk menjadi Wartawan TEMPO di jakarta “istilahnya wartawan pusat” kata beliau. Setelah 2 (dua) tahun ditempatkan di Jakarta, kemblai ditarik ke Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi Kepala Biro dan redaktur pelaksana di TEMPO dan mengembangkan karir ke manajemen Sumberdaya Manusia, Kepala Divisi Sumberdaya Manusia sehingga menjadi corporate secretary ketika TEMPO menjadi TBK.
Sesuai Aturan, beliau seharusnya pensiun di tahun 2012 tetapi diperpanjang 5 (lima) tahun sehinga pensiun beliau di tahun 2017 dan bergabung di Dewan Pers sebagai analis. Selain itu, beliau juga sempat menjabat sebagai analis di Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika PERS tahun 2017.
Yang melandasi terjun di dunia Jurnalis, waktu SMA beliau suka membaca media, mulai dari majalah, koran, karya sastra, puisi, novel, hingga komik/cartoon. Dari hobi membaca itulah, beliau menjadi tertarik pada dunia tulis menulis.
“Karena tertarik dunia Jurnalis dan menulis, saya kemudian mencari tahu kampus mana yang ada ilmu tulis-menulisnya, dan itu ada di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik UGM (Universitas Gadjah Mada) Daerah Istimewa Yogyakarta”. kisahnya.
“Dan saya melihat bahwa profesi sebagai wartawan itu memberi kesempatan bagi kita untuk melihat dunia luar bertemu orang baru, melihat daerah baru dan lain sebagainya.” Ungkapnya.
Pada saat aktif menjadi wartawan di TEMPO, beliau mendapat tugas dari redaksi TEMPO melakukan liputan politik politik, walaupun sebenarnya politik bukan hobi beliau, tetapi tetap dilaksanakan tugasnya semaksimal mungkin sehinga mendapat pengalaman yang unik dan menarik selama bertugas.
“Selain Politik, Tapi saya juga pernah melakukan liputan yang sifatnya investigatif bukan dalam rubrik investigasi tapi sifatnya investigatif, sehingga hampir kehilangan nyawa”. imbuhnya
Dikisahkan beliau, waktu mencari informasi tempat penimbunan dan pelaku pengoplos solar, itu merupakan pengalaman yang cukup menarik walaupun sederhana tapi bisa menarik kesimpulan dan pengalaman dari liputan investigasi.
“Waktu liputan investigasi, saya nyaris celaka karena saya melakukan liputan itu sendiri padahal saya mendatangi sebuah daerah yang saya tidak kuasai tempatnya dan tentu saja disitu kan tempat orang yang sengaja menyembunyikan kegiatannya.” kisahnya
Dari pengalaman beliau liputan investigasi, beliau menghimbau, apabila melakukan investigasi minimal berdua dan selalu melapor kepada kantor dimana posisi kita pada saat itu supaya termonitor dan dapat di minimalisir kejadian yang tidak di inginkan.
Pengalaman lain yang beliau ceritakan, ketika meliput kegiatan kepresidenan.
”Waktu itu yang berkuasa partai Golkar, saya mencoba menelusup ke dalam sebuah pertemuan, ketahuan paspampres saya disingkirkan dengan cara kasar.” Kisahnya.
Walaupun lebih banyak liputan di dunia politik, tetapi beliau mengaku lebih menyukai liputan human interest.
“Saya sih lebih menyukai liputan-liputan yang human interest, kejadian kelompok masyarakat tertentu, mengunjungi tempat masyarakat kebudayaan tertentu. Pokoknya hal-hal yang human interest.” Jelasnya.
Walaupun telah menggeluti dunia Jurnalis lebih daru 30 tahun tetapi tidak menurutkan semangat dan didukung penuh oleh keluarga.
“Di dalam keluarga saya tidak ada yang menekuni profesi sebagai wartawan, tetapi keluarga saya memang senang membaca sejak dulu,” ujarnya. (Ath)